Saturday 28 February 2009

Tempat Magangku Yang Baru Ini is Deplu!


-->

Setelah mengelilingi Jakarta satu harian, akhirnya aku bisa pulang lagi ke kosan untuk kemudian melakukan ritual tidur-tiduran sebelum mandi sambil menghirup dalam-dalam aromaterapi Vanilaku. OMG, kalau ku kenang lagi segala perbuatan bodoh yang kulakukan barusan ini. Bagaimana bisa coba, aku menempuh jarak dari Depok ke Jakarta Pusat selama 3 jam lebih. Betapa bodoh diriku tidak melakukan well preparation sebelum berangkat. Putar-putar tidak jelas di Jakarta, ckckckck...
Jadi hari ini aku pergi ke Pejambon, tepatnya ke kantor Deplu untuk memulai pekerjaan magang baruku. Aku bilang kok ke Mom soal aku mengambil pekerjaan baru lagi. Mom santai aja dengan ini. Tapi tidak dengan Abangku. Melalui Mom, Doni (abangku) bilang kalau sebaiknya aku tidak terlalu banyak kerjaan, karena dia takut kalau aku jadi lama lulus. Menurutku itu gak akan berpengaruh. Buktinya selama ini nilaiku baik-baik aja. IP dan IPKku selalu diatas 3. Yah walaupun bukan diatas 3,5 tapi setidaknya standartlah. Sebenarnya yang kemungkinan bisa menghambat waktu lulusku adalah kalau aku mengambil program student exchange setahun atau setengah tahun di negeri orang. You know, I’m obsessed with this one lately. Pasalnya selama sebulan belakangan ini, beberapa (atau mungkin ’banyak’) temanku pergi ke luar negeri untuk ikut seminar ini itu. Ke Cina lah, Amerika lah, Jepang lah. Terinspirasi dengan hal itu, aku akhirnya mencoba untuk seleksi student exchange ke Hiroshima, Jepang. Good News-nya: aku berhasil lulus seleksi rekomendasi dari rektorat UI dan 80% akan ke Jepang Agustus 2009. Bad News-nya: beberapa jam kemudian beasiswa student exchange-ku dibatalkan karena ternyata hanya satu orang mahasiswa yang akan dikirim ke Hiroshima University (aku posisi rekomendasi ke dua). Sakitnya hatiku! Jadi aku telpon Mom begitu aku dengar berita itu. Terus Mom malah bilang gini:
Mom: “Baguslah! Mamak justru senang anak Mamak di sini aja. Nanti kam lama lulusnya Nakku.”
Ok Mom, you so much help me!
Kembali soal magang di Deplu, aku akhirnya mengajak Iam (teman sejurusan, seangkatan dan se-Koberku) untuk ikutan kerja disana. Kenapa? Karena walaupun aku sejak dulu sadar bahwa sifatku ini berintensi menimbulkan konflik, tapi baru sekarang ini aku benar-benar sadar bahwa sepertinya aku bisa keluar kendari. Jadi kalau ada temanku si Iam kan setidaknya masih ada zone of controlling kalau tiba-tiba emosiku memuncak karena suatu sebab. Tapi sepertinya tadi aku telah mulai membuat intense konflik pertama. Ceritanya waktu Iam pergi ke kamar mandi sebentar, Bang Siregar (semacam koorinator untuk magang baruku ini) nanyak ke aku,
Bang Siregar: “So, what do u think Olivia?”
Uliph: “Em… jadi kerjaan kita substansial gitu ya Bang. Selain itu apa lagi?”
Bang Siregar: “I have no idea.”
Uliph: “WHAT? YOU HAVE NO IDEA? You asked me to work here.”
Bang Siregar: “Yeah, I aksed you to work here but… (ala diplomat banget, pertama-tama menglulang perkataan si lawan bicara seolah olah dia setuju kemudian mengutarakan alasan dengan cara berputar-putar sehingga membuatku bingung apa point pembicarannya)
By the way, barusan aku telpon Mom soal kesan pertamaku dengan Deplu.
Uliph: ”… ngomong-ngomong Mak, tadi ada diplomat ganteng lho. Hahahaha…”
Mom: “Aduh… gak usah kam takut soal jodoh anakku. Gampang itu. Udah kami atur kok jodohndu di sini. Lagian banyak yang nanyain kam. Kam aja yang gak tau. Ada AKABRI, dokter, pengusah blablabla….”
Ya Tuhan, kenapa setiap kali Mom menyebutkan kata ‘jodoh untukku’ membuatku merinding.
Friday, February 27, 2009 21:39

Saturday 7 February 2009

My First Writing for ISAFIS's Official newsletter




Akhirnya setelah melalui masa proses pengeditan yang panjang, Offical Newsletter dari ISAFIS (Indonesian Student Association for International Studies) akan segera diterbitkan. Rencananya newsletter ini akan disebarkan keseluruh member Student Association For Internationational Studies lainnya di seluruh dunia.Di sana aku juga turut berkontribusi dengan mengis satu halaman artikel tentang ketiadilanyang diterima perempuan dalam ranah pekerjaan publik. Tulisanku ini sebelumnya telah di edit oleh seorang teman kampusku yang kebetulan mengambil cluster/konsentrasi yang sama yakni Masyarakat Transnasional a.k.a disingkat dengan Mastrans. Kajian cluster Mastrans difokuskan pada isu-isu non-konvensional yang belakangan disadari urgensinya seperti isu lingkungan, gender, migrasi global, media, HAM, demokrasi dan lainnya tentunya dalam ranah internasional.


Aku sendiri tidak terlalu ribet dalam proses pengerjaan artikel ini. Pasalnya sudah cukup banyak paperku yang terdahulu yang mengkaji soal isu ini. Jadi dapat dikatakan artikel ini adalah sedikit petikan atau ringkasan dari beberapa paper lawasku.. Mungkin secara konten artikel ini belum cukup maksimal. Oleh karenanya saya minta kesediaan pembaca untuk memberi komentar tentang artikel di atas.


Wid Luv,


-Liph-

Soal Kerjaan

-->
Libur imlek! Hore…. akhirnya aku bisa istirahat di kosan, membereskan segala hal yang berantakan di kosan dan juga, memanjakan diri. Beberapa hari pasca sakit tifus, aku kembali disibukkan dengan aktifitas baruku. Aku sekarang kerja jadi Event Organizer sebuah acara dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). Kerjanya sih gak gitu berat, cuma perjalanan menuju tempat kerja (Kawasan Menteng Jakarta) itu yang berat. Aku harus berdiri sekita 45 menit tiap pagi dan sore di Kereta karena kondisi transportasi itu di jam berangkat dan pulang kerja memang padat manusia. Jadi aku hampir selalu tidak kebagian kursi kereta. Belum lagi aku harus berjalan kaki ke gedung Komnas Perempuan dar Halte Halimun plus hitungan jalan kaki dari simpang kosanku. Intinya, aku capek di jalan! Orangtuaku agak kwatir karena sepertinya aku mulai melakukan kerja yang lumayan berat pasca sakit. Padahal orang yang habis sakit tifus itu gak boleh terlalu capek, katanya. Tapi mengingat kesempatan ini gak selalu datang, maka aku kuatkan diri untuk menjalaninya. Sejauh ini semua kerjaan masih menyenangkan. Kerjaan yang kulakukan di sana sebenarnya gak jauh beda sama yang kukerjakan di International Office (IO). Bedanya kalau di IO aku harus berhadapan dengan tamu-tamu yang datang. Sementara kalau di Komnas Perempuan aku lebih banyak bekerja di balik panggung. Omong-omong soal IO, sebenarnya aku belum resign juga dari sana. Tapi akhirnya kuputskan untuk mengakhiri masa kontrakku saja.
Kembali ke soal Komnas Perempuan, setelah ku pikir-pikir dari dulu aku memang ingin bekerja di tempat seperti itu. Tempat yang idealis, yang memperjuangkan hak-hak orang lain. Tapi setelah aku masuk di dalam, kenapa sepertinya aku merasa biasa aja. Gak terlalu enjoy, gak benci juga. Semakin lama aku jadi semakin bingung apa yang kuinginkan. Aku sekarang di tahun ke tiga kuliahku. Tahun depan (kalau Tuhan mengizinkan) mungkin aku akan lulus kuliah di usiaku yang ke 21. Tapi ironisnya aku jadi semakin bingung apa yang kuinginkan. Kerja di Deplu? Hm… maybe the last alternative. Kerja di kantor-kantor swasta? Oh No. Aku gak mau jadi sapi peras orang lain. Jadi wartawan? Aku sering dengar cerita tentang tidak enaknya kerja jadi wartawan. Dari hati nurani, aku pengen jadi penulis. Tapi ku pikir prospek profesi seorang penulis di Indonesia tidak sebaik profesi yang lain. Lagian siapapun bisa jadi penulis kan? Aku kan bisa melakukan bekerja tetap sambil menulis. Maksudku penulis kan bisa jadi side job dari pekerjaan tetapku kelak. Menulis adalah hobby. Dan kupikir profesi penulis tidak harus dijalankan fulltime. Orangtuaku sendiri tidak akan memasalahkan aku ingin jadi apa. Bagi mereka yang terpenting aku serius dengan apa yang aku kerjakan. Sebab mereka yakin pekerjaan apapun bila dilakukan dengan serius, tulus, dan sungguh-sungguh, pasti memberikan hasil yang baik. Hah, apapun pekerjaanku nanti, aku ingin pekerjaanku itu tidak mudah membuatku bosan (karena aku orang yang gampang bosan). Satu yang pasti soal kerjaan, aku gak mau kerja di Jakarta. Tolong tempatkan aku di daerah yang tenang di Indonesia. Jakarta terlalu penuh dengan pikiran materialistis. All I want is a peace in life.
Monday, January 26, 2009 9:28 AM




Monday, January 26, 2009 9:28 AM

PEMULUNG?



-->
Pemulung?
Akhirnya aku sukses jadi pemulung hari ini.Pagi-pagi, baru bangun, korek korek sampah, ngapain juga coba? Jadi gini ceritanya.
Kemaren kan aku seharian di rumah. Bete aja gak mau ngapa-ngapain dalam masa pemulihan pasca sakit (beberapa waktu lalu aku di dera penyakit tifus dan karena sahabat-sahabat terdekatku sedang pulang kampong, aku terpaksa mengurus diri sendiri). Terus tiba-tiba waktu lagi asyik-asyiknya nonton TV, ada sms masuk. Dari Yudha.
“Lip, katanya lo mau nyalonin diri jadi ketua HM? Yudha 07”
Hah? Apa-apaan ini? Aku langsung beringsut. Mau balas gak bisa, soalnya hari ini masa aktif kartu hapeku yang ada pulsanya habis. Iya, aku memang punya 2 hape GSM dan 1 CDMA (Yang kalo tiga-tiganya di totalkan harganya gak nyampe 1 juta), tapi dari ketiganya yang berpulsa cuma satu. Dan aku sengaja selalu ngisiin pulsa ke kartu yang providernya nyediain sms sepuasnya seharian ke semua operator tanpa syarat dan ketentuan berlaku (you know lah providernya apa).
Jadinya aku berencana untuk isi pulsa hari itu juga (tapi tidak saat itu juga). Akhirnya setelah ketiduran panjang, aku berangkat sekitar jam 5 sore ke kampus dengan planning entar di tengah jalan sekalian isi pulsa. Tujuanku ke kampus disini guna memanfaatkan fasilitas hotspot kampus (berhubung selama sakit aku tidak pernah OL),tapi bukan untuk urus KRS atau semacamnya sepertinya yang pada umumnya dilakukan mahasiswa-mahasiwi lain.
Singkat kata sampailah aku di kampus FISIP-ku tercinta yang nge-jreng karena ke-orange-annya. Kucolokkan steker leppiku dan kunyalakan. Menunggu jeda loading, aku memanfaatkan waktu dengan menggosok-gosok voucher pulsa yang baru ku beli. Begitu log in ke user, tanpa sadar aku langsung meninggalkan gosokan voucherku. Detik, menit dan jam berlalu. Aku begitu asyik dengan pesan-pesan yang bertaburan di account Yahoo, Facebook dan Friendsterku. Eh tiba-tiba Yudha (yang disebut di atas) nongol dan ngasih pesan OL dari Fb ku. Nah, terus aku jelasin lah kalau selama ini aku cuma becanda mau jadi ketua HM. Kepalaku bisa terbelah dua kalo harus bagi organisasi, job dan tugas yang menempuk (terutama karena sepertinya otak kanan dan kiriku susah diajak bekerja sama ,huh).
Eh, gak kerasa aja udah malam. Sekitar jam delapan malam, aku pulang ke kosan dengan perasaan capai. Sebelum pulang, aku sempatkan beli makanan dulu (yang masih harus tanpa cabe karena sakitku belum pulih bener… uuuuuu… apa artinya makan tanpa cabe bagi orang Indonesia, coba?). Pulang ke kosan, aku langsung makan, mandi, dan tidur.
Sekitar jam 11 malam gitu, ada telepon dari mas-mas di kantorku bilang kalau dia udah ada di depan kosan sambil bawa oleh-oleh durian. OMG, ngapain juga tengah malam bawa durian. Aku agak kesal ama keberadaan mas-mas ini. Sumpah! Memang benar ya kalau usia itu tidak mencerminkan kedewasaan. Terakhir mas-masnya pulang karena ibu kosannya datang dan peringatin “Udah malam Lip!” dengan nada cablak. Eh, udah diingatin gitu pun mas-masnya gak berhenti ngomong. Erggh… mana isi obrolannya gak berbobot. Tu orang aneh, sumpah. Aku agak kesal dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Biasanya kalau kesal dengan kelakukan orang kayak gitu aku nelpon seseorang guna mencurahkan segala kekesalanku. Kali ini pun hal yang sama akan kulakukan. Maka ku cari nomor adekku (teman curhat paling bijak sedunia) dan kutekan tombol hijau guna menghubunginya. Eh, gak taunya yang kedengar suara operator cewek “Pulsa yang Anda miliki, tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Segera isi ulang.. blablabla..”
Lah, kan baru tadi di sini, pikirku. Setelah berkontemplasi dan mereka ulang kembali kejadian hari ini, aku tersadar bahwa tadi voucher yang kugosok belum di masukkan kodenya! Terakhir kalau gak salah vouchernya udah ku buang di tong sampah FISIP. Aih…. Gimana ini? Aku benar-benar sedang ingin curhat! Akhirnya aku tertidur dengan perasaan tidak tenang karena voucher seharga Rp.12.000,- penting artinya bagi diriku yang sedang dalam kondisi kere. Maka aku bertekat dalam hati supaya besok pagi bangun cepat dan langsung berangkat ke kampus sambil lari pagi guna mengambil voucher berharga itu.
Besok paginya (seperti biasa) ternyata aku telat bangun. Tapi aku tetap bertekat untuk mengambil voucher itu. Maka aku berangkat sekitar pukul setengah tujuh pagi. Sampai di kampus aku mulai beraksi. Aku melambatkan jalanku ketika hampir sampai di tong sampah FISIP (yang ada pembagian jenis sampahnya tapi gak pernah di gunakan). Aku mulai mengawasi orang-orang yang lewat ketika akan mulai merogoh isi tong sampah. Masalahnya posisi tong sampah itu benar-benar gak strategis bagi pemulung sampah karena berada di simpang tiga jalan menuju ke halte FISIP. Ketika ada orang yang sedang lewat di sekitar tong sampah, aku berpura-pura sedang duduk. Ketika yakin bahwa tidak ada lagi orang yang sedang merhatiin tong sampah itu, aku mulai mengorek-ngorek tong sampah. Aih… baunya! Banyak pula sterioform bekas makan di acara seminar kemaren. Sambil menahan nafas, mataku terus mencari-cari. Mana? Kok gak ada? Eh ada orang lewat lagi, aku pura-pura duduk lagi. Egh, kok makin lama prosesi ngambil voucher yang gak sengaja kebuang ini makin susah aja. Maka egoku merasuk. Aku harus dapatkan voucher itu dengan perjuangan yang udah segininya. Selepas beberapa orang lewat, aku kembali mengorek isi sampah. Dan… AKHIRNYA ketemu juga voucher itu di ujung pinggiran tong sampah. Dan kayaknya beberapa petugas kebersihan sudah mulai merhatikan tingkah lakuku yang mencurigkan. I don’t care, yang penting vouchernya dapat. Kali ini langsung kumasukkan kodenya. Beberapa watu kemudian tertulis kalimat dilayar hapeku ‘Reload berhasil. Anda telah melakukan isi ulang sebesar Rp.10.000,-‘
Terimakasih voucher, kau telah mengajariku jadi pemulung amatir.


Saturday, January 17, 2009, 7:23:23 AM
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts