Tuesday 11 November 2008

Médicament pour Mon Depression

Belakangan ini aku mengalami syndroma depresi ringan. Yah, mungkin bahasanya berlebihan, tapi beginilah kenyataannya. Aku gak tahu mengapa belakangan aku tidak bisa menghasilkan sesuatu hal yang berguna. Dan hanya bisa tergolek di tempat tidur tanpa melakukan sesuatu hal apapun. Perhatian, di sini tergolek bukan berarti aku tidur. Aku bahkan tidak bisa tidur malam. Jadi beberapa hari belakangan, biasanya sehabis pulang kampus atau sehabis kerja, aku hanya melakukan kegiatan standart yakni mandi dan sedikit membersihkan kamar kemudian tergolek di tempat tidur sambil menghayal banyak hal. Sungguh aku benci dengan diriku yang seperti itu, diriku yang tidak produktif. Aku sudah mencoba untuk melakukan banyak hal: mengetik, membaca, membuat program, tapi hasilnya nihil. Akhirnya aku kembali lagi tergolek di tempat tidurku. Untungnya aku tidak mengalami depresi akut dimana sipenderita bahkan tidak dapat lagi bangkit dari tempat tidurnya hingga yang ekstremnya bisa memicu tindakan bunuh diri.
Waktu aku konsultasi dengan PKK-ku (Pembimbing Kelompok Kecil.red), beliau berkata bahwa selama ini aku terlalu memaksa diri. Memaksa diri bagaimana? Aku bahkan tidak melakukan hal yang cukup berarti…
Syukurlah hari ini sepertinya keadaan membaik, meskipun masih ada perasaan enggan, tapi setidaknya aku memiliki willingness untuk mengurus diriku. Jadi tadi pagi aku sempat mengecat kuku tanganku dengan warna hitam. Hm…….. sesuai dengan warna hatiku. Tapi siangnya aku tidur lagi. Aku sempat bingung karena punya tiga acara untuk sore nanti:
  1. Diskusi dan buka puasa bareng anak-anak ISAFIS (Indonesian Student Association for International Studies)
  2. Buka bareng tim Community Development BEM UI
  3. Jalan ke PIM bareng mantan murid-murid bimbelku yang sekarang udah pada kuliah di UI
Wah, pilihan yang sulit, terutama karena ketiga kegiatan itu diselenggarakan bersamaan. Tapi pada akhirnya Tuhanlah yang menuntunku untuk memilih buka bareng anak-anak BEM dan anak-anak kurang beruntung di wilayah terpencil: Leuwinanggung. Em…sebenarnya cuma namanya aja daerah terpencil, tapi tadi kita makan mewah banget lho. Bisa dibilang buka puasa bareng termewah selama aku kuliah di UI. Jadi tadi ada gorengan, pudding, kolak, es buah, teh manis, martabak keju, dll. Lengkap deh! OKs banget pokoknya! (yah walaupun aku gak puasa tapi memanfaatkan moment lah ya, secara pagi dan siang aku cuma makan biscuit n mie instan yang gak bergizi banget!).
You know what? ternyata pilihanku ini tidak salah karena selama dijalan menuju wilayah Leuwinanggung tadi, aku bisa merenungkan banyak hal. Melihat kondisi lingkungan yang terpencil seperti itu, aku seharusnya bisa mensyukuri keadaanku yang sekarang ini. Padahal diangkot yang tadi kami carter bersama untuk berangkat ke TKP, orang-orang dari BEM saling tertawa bercanda, tapi aku tidak peduli, aku tenggelam dalam pikiranku sambil mendengarkan alunan lagu dari i-podku. Sebaliknya, waktu pulang kembali ke Depok, aku tidak lagi memasang i-pod ditelingaku tapi mulai membuka diri dengan pembicaraan mereka. Tahu kenapa? Karena sepertinya aku menikmati saat-saat makan bersama anak-anak kurang beruntung itu tadi. Moment saat hanya aku sendiri orang dewasa yang duduk diantara mereka., membuatku bisa mengamati dengan jelas bagaimana cara mereka menikmati hidangan itu. Hidupku terasa jauh lebih baik rasanya. Hm… hidup memang bukan untuk diriku sendiri ya? Ayo bangkit Uliph. Pandang dunia ini lebih luas seperti layaknya memandang hamparan biru langit di angkasa. I think I really need Christ now.
Ps. Anak-anak itu komentar kalau kukuku yang dicat itam ini kelihatan seram n dekil. Yah… tapi aku belum beli Aseton, gimana donk??
Gambar yg ga banget!.JPG
Saturday, September 20, 2008 21:05

No comments:

Post a Comment

I'd like to read a comment from you!

Note: only a member of this blog may post a comment.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts