Saturday 26 July 2008

Better to Left u Boi!



Better Than Love

Song by Sherina

Seemed impossible, seemed absurd
I didn’t even know you before
Kept my distance, closing in
I don’t mind caressing your skin
Bridge:
What did you say, what did you do?
Somehow, I feel I’m enchanted by you
Flying high on a mountain high
Suddenly you look as bright as the sky

Reff A:
Something old, something new
Something I didn’t thought could be true
Have I forgotten, or have I never
Felt like this, as light as a feather
Not interested in love,
but I’m attracted to you
I hope that you feel the same way too
A little too fast but way too long
Though I’m not sure where I belong
Back to Bridge,
Reff B:
Something old, something new
Something I didn’t thought could be true
Love’s too strong and a bit cliché
For now this is enough, I’ve got a long way
Something old, something new
Something I didn’t thought could be true
I’m afraid to ask but I need to know
Would you want me to stay?
Or would you want me to go?
Backing Vocals:
“These are my fee——lings…
(These are my…
I hope you’ll understand… (understand…)
feelings…)
It might not be much,
but it’s more than I can spend….”
This song dedicated to my e-love
And I think that it’s better for me to left u now!
“Si Penebar Jaring” (kayak JPS jadinya)
-Liph-



Thursday 17 July 2008

Hotel Rwanda


Dari awal aku telah merencanakan untuk mengisi kekosongan liburan dengan menonton lusinan DVD yang aku pinjam dari kerabat-kerabat tersayang. Namun karena masih senang melancong di Medan akhirnya DVD-DVD tersebut (jangan tanya original atau bajakan) aku abaikan saja untuk sementara waktu. Nah, karena belakangan ini aku udah kecapaian berpergian dan cukup muak juga untuk baca buku akhirnya berguna jugalah DVD tersebut sebagai intermezo kegiatan liburanku. Dari sejumlah DVD tersebut aku sudah menonton hampir semua film yang berbau romantis, jadi aku berpikir untuk kembali ke dunia HI dan menonton film yang agak berbau politik internasional. Jadilah aku memilih untuk menonton film Hotel Rwanda. Film ini dibintangi oleh Don Cheadle, Sophie Okonedo, dan Nick Nolte dan diproduksi pada tahun 2004. Film ini bercerita tentang bagaimana seorang manager hotel bernama Paul Rusesabagina dengan tulus memberikan hotel bintang lima-nya yang bernama Hôtel des Mille Collines menjadi tempat penampungan sementara bagi sekitar 1350 orang selama kerusuhan antara suku Tutsi dan Hutu di Rwanda. Diawal film aku pikir film ini akan penuh dengan intrik-intrik politik yang akan membuatku ngantuk. Ternyata enggak, film ini memuat banyak nilai kemanusian dan HAM. Menurutku film ini cukup sesuai dengan cluster HI yang akan kupilih nantinya ‘Masyarakat Transnasional’ karena film ini memuat cukup kuat tentang individual identity. Dipertengahan film aku sempat menitikkan air mata sewaktu si Madam yang berkerja di Palang Merah bercerita bagaimana seorang bocah yatim piatu Tutsi dibunuh oleh tentara Hutu. Kira-kira si bocah itu bilang begini ke Madam “Please don’t let them kill me, I promise I won’t be Tutsi again.” Ironis waktu si wartawan asing menanyakan suku kepada dua orang gadis yang sedang duduk di bar hotel karena sebenarnya dari fisik keduanya tidak bisa terbedakan (mungkin dari nama terbedakan). Kemudian si wartawan bilang “They could be twice.”, sangkin gak bisa bedakannya mana Tutsi dan Hutu. Yang aku tangkap dari film tersebut disebutkan disitu bahwa pada awalnya kaum kolonialis Belgia yang pernah menjajah daerah Rwanda lah pertama sekali yang membagi antara suku Tutsi dan Hutu. Si Tutsi adalah orang yang hidungnya lebih bagus dan memiliki perawakan elegan, mereka adalah kaum minoriti. Mereka dipercaya oleh kolonialis Belgia untuk mengusahakan administrasi di wilayah jajahannya pada saat itu. Semenata suku Hutu adalah orang-orang dengan perwakan lebih hitam dan hidung yang besar. Mereka yang kaum mayoritas diabaikan dan dijadikan sebagai pekerja kasar. Nah, selepas dari jajahan Belgia, maka kaum Hutu ingin melakukan pembalasan kepada kaum Tutsi karena selama ini mereka hidup dalam penderitaan. Pembalasan tersebut terwujud oleh semangat nyata dari para pemimpin militer Hutu. Situasi semakin memburuk ketika Presiden Rwanda saat itu terbunuh diatas pesawat yang tertembak pada saat hendak mengadakan kesekepakan perdamaian. Sementara itu sebagian dunia luar (terutama Barat) tutup mata dan tidak ingin ikut campur dengan permasalahan ini. Aku belum mencari informasi lebih lanjut kenapa sikap negara Barat seperti itu, namun analisis sementaraku menyimpulkan bahwa pihak Barat tidak melihat adanya intrest di Rwanda. Maka akhirnya terjadilah genocide besar-besaran di Rwanda yang meskipun tidak ada sensus resmi dari pemerintah Rwanda, namun diperkirakan memakan korban meninggal lebih dari 1.000.000 jiwa.
Kalau aku bandingkan dengan kasus genocide dan pelanggaran HAM berat yang lain, menurutku sebenarnya konflik di Rwanda ini tidak begitu pelik, hanya menyangkut kepentingan antara dua suku, kepentingan politik segelintir pemimpin militer dan kepentingan ekonomi mengingat Rwanda tergolong negara dunia ke-3. Secara keseluhan menurutku konflik di negara-negara eks Yugoslavia seperti Serbia dan Bosnia lebih pelik karena menyangkut perselisahan beberapa agama, suku, dan kepentingan negara-negara powerful. Pada akhirnya aku bisa bilang kalo cerita di film ini bagus banget. Banyak nilai-nilai yang bisa kamu serap dari film ini. I recommend u to watch it!

Friday 11 July 2008

All day long at room

Akhirnya aku tepar juga di rumah! Haduh, badanku pegal banget dan rasanya susah digerakkan. Malas makan juga, kayaknya masuk angin deh. Tadi aja waktu makan siang bareng Dad, aku menghabiskan seluruh nasi di piring setelah satu jam duduk di meja makan, Akhirnya aku memutuskan untuk tidur-tiduran di kamar, OL YM sambil dengarin lagu Intan yang baru “Gubrak”. Lagu ini ku dedikasikan untuk seseorang yang aku kenal beberapa hari yang lalu (di hari yang sama dengan accident tabrakan mobil yang menimpaku). Untuk seseorang yang bernama sama dengan nama Abangku, perhatikan deh lirik lagunya…

“Jadi cowok janganlah sok ganteng,
Wajah pas-pasan, gak ada uang,
Bikin aku jadinya GUBBRAAK!

Cepatlah tobat, lekas berkaca,
Wajahmu gak ganteng-ganteng amat
Kalau kau tetap merasa hebat,
Nanti aku jadinya GUBBRAAK!”


Aku tidak terlalu mempersoalkan keberadaannya juga sebenarnya, cuma teringat aja waktu dengar lagu Intan ini. Peace yow! Hm… belakangan banyak juga ya lagu yang blak-blakan kayak gitu. Easy listening, but I like it.

Coz I don’t have many things to write so I wanna have day sleep wif Mr.Teddy Bear.



Wednesday 9 July 2008

Jalan jalan dan jalan (lagi??)


Hi there! Ini minggu ke-dua ku di Medan dan sampai sekarang ini aku merasa belum melakukan sedikitpun kegiatan yang produktif. Barusan aku pulang dari salah satu tempat wisata yang baru di bangun di kampung kelahiran ibundakuSibolangit’. Gak nyangka tempat yang sekampung itu bisa di sulap menjadi tempat wisata yang lux dan elegan (plus dengan harga tiket masuk yang disesuaikan dengan kondisi tersebut juga). Nama tempat wisatanya Greenhill yakni wisata permainan yang seperti Dufan mini. Bahkan jenis permainan yang ditawarkan pun tidak jauh berbeda dengan Dufan. Letak perbedaannya, di Greenhill pengunjung akan di suguhi dengan pemanandangan ala pegunungan yang sejuk dan asri. Sementara di Dufan, seperti yang telah kita tahu sendiri wahana dikelilingi oleh suasana pantai yang hangat. Perjalanan di sana kulakukan bersama dengan teman seperjalanan tim Baliku (Pebi dan Ema) dimana Pebi yang seorang penyiar Star FM (the nomor one hits in Medan) mengajak rombongan teman penyiarnya. Pembicaraan selama perjalanan di isi dengan guyonan-guyonan lucu ala penyiar gaul Medan. Overall aku mendapat kesan kalau mereka itu orang yang ramah dan perhatian (seperti orang Medan pada umumnya). Aku senang bisa jalan dengan mereka, karena selain menambah koleksi temanku juga menambah pengetahuanku tentang dunia penyiaran radio. Jujur sebenarnya aku tidak begitu menikmati semua jenis permainan yang ada di sana tadi (kecuali permainan sejenis roller coaster-nya), karena menurutku tempat wisata permainan tidak jauh beda dimana-mana. Malah kepalku terasa sedikit sakit dan perutku mual, mungkin karena perjalanan ke sana yang melalui jalan yang berkelok-kelok dan menanjak. Biaya yang kuhabiskan menurutku tidak sesuai dengan apa yang kudapat disana. Hal ini terkait dengan watakku yang pada dasarnya tidak suka hura-hura di tempat yang ramai. Pada akhir perjalanan, tepatnya sewaktu rombongan kami sedang menghabiskan santapan malam di Jl. Dr. Mansur (salah satu jalan di Medan yang mana banyak toko penjaja makanan berjejer disana), aku memutuskan untuk menuntaskan misi Jalan-jalanku di Medan dan kembali ke misi utama saat dari Depok memutuskan balik ke Medan yakni menyelesaikan novel baruku. Kalau dipikir-pikir, selama di sini aku udah reuni sama teman SD, SMP dan SMA. That’s enough Liph! Let’s do other things that useful for us. Fight Gurl!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts