Sunday 26 August 2012

Resensi Buku Paulo Coelho "Aleph"dan "Seperti Sungai yang Mengalir"

Saya baru saja selesai membaca dua buku Paulo Coelho, yang pertama buku dalam terjemahan Indonesia berjudul “Seperti Sungai yang Mengalir: Buah Pikiran dan Renungan” dan yang kedua dalam bahasa Inggris berjudul “Äleph” (saya beli di KLCC sewaktu perjalanan transit dari India menuju Indonesia)

Berikut adalah resensi buku tersebut versi saya:


Seperti Sungai yang Mengalir: Buah Pikiran dan Renungan

Buku ini banyak menceritakan pengalaman hidup Paulo yang menjadi inspirasi dari buku-buku masterpiecenya seperti: The pilgrimage, The Alchemist, The Zahir, Veronica Decides to Die, dan yang terbaru Aleph.

Seperti kebanyakan karya Paolo, buku ini berisi kisah-kisah inspirasional yang membuat pembaca kembali merenung tentang makna hidup. Sebagian menjurus kepada iman Katolik yang diyakini oleh Paolo. Banyak cerita singkat yang mengutip perkataan Yesus atau ayat-ayat di Alkitab.

Karena buku ini adalah kumpulan artikel singkat yang pernah dipublikasikan sebelumnya, cara penceritaan Paulo berbeda dengan karya fiksi miliknya. Kalimat dibuku ini disusun dengan kata yang lebih lugas namun penuh makna. Membaca buku ini seolah-oleh mendengar sendiri Paulo berceramah pandangannya tentang hidup.

Berikut adalah beberapa kalimat inspirarsional dari buku Paulo tsb:
  • Mengutip perkataan Paulus “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih”, dan tanpa keraguan sedikit pun dia mengakhirinya dengan “Yang terbesar dari semuanya adalah kasih.” (bukan iman seperti yang kebanyakan dianggap orang) 
  • Ada kalanya saat kita tidak melakukan kegiatan apa-apa, kita melakukan satu hal yang amat penting bagi diri sendiri: mendegarkan apa yang kita dengar dari diri sendiri 
  • Maut mendorong kita untuk mengambil resiko, mempertaruhkan segalanya demi segala yang kita impikan, dan menghidari kita menjadi “mayat hidup” 
  • Koleksi buku yang dikumpulkan susah payah seumur hidup tidak ada artinya bila hanya sebagai pajangan (yang dijadikan justifikasi bagi para kaum intelektual). Buku tersebut akan lebih berguna bila dapat dibaca oleh orang lain. 
  • Manusia terobsesi dengan aturan, kita perlu melakukan sesuatu yang membuat kita nyaman 
  • Amati dan berdoa, itu lah seharusnya semboyan ksatria cahaya 
  • Pada masa bimbang, berdoalah dan mintalah petunjuk dari Tuhan dan peka terhadap pertanda dari Nya. 
  • Kalau ada sesuatu yang tidak baik tumbuh di dalam jiwa saya, saya minta pada Tuhan supaya memberi saya kekuatan yang sama untuk mencabut dan membuangnya tanpa ampun. 
  • Kemuliaan duniawi akan berlalu, dan karenanya tidak bisa dijadikan ukuran atas kehidupan kita; pilihan-pilihan yang kita buat dalam mengejar legenda pribadi kita, dalam meyakini Utopia-utopia kita, dan dalam perjuangan kita untuk meraihnya, itulah yang menjadi ukuran. 
  • Tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia, semua sudah dirancang oleh Tuhan 
  • Di mata Tuhan, setiap doa yang dipanjatkan dengan cnta dan penyesalan sama nilainya dengan dua ratus doa yang diucapkan dalam cara biasa dan otomatis 
  • Hukum Anti Jante: Anda jauh lebih berharga daripada yang Anda kira. Karya dan kehadiran Anda di dunia ini penting, walaupun Anda sendiri mungkin tak mempercayainya. 
  • Saat kita mencintai, maka energy cinta ini akan mulai mentransformasi semesta di sekitar kita. Dimanapun energi itu berpijar, dia akan selalau sampai pada sasaran-sasarannya. 
  • Ada dua bahasa: bahasa manusia dan bahasa fiil (bahasa isyarat dari Tuhan, kita harus peka untuk memperhatikan tanda-tanda dan isyarat dari Tuhan) 

Kutipan yang terakhir adalah paling menohok bagi saya. Sudah terlalu sering Tuhan memberikan isyarat kepada saya namun saya sering mengabaikan dan Tuhan melalui karya Paolo mengingatkan kembali  bahwa tanda-tanda itu telah ia tunjukkan ke saya dan saya jangan ragu kemana melangkahkan kaki saya.


Aleph

Aleph adalah satu dari dua buku Paulo Coelho yang berhasil saya baca minggu ini. Cerita ini menarik karena didasarkan pengalaman pribadi Paolo sendiri. Berawal ketika Paulo merasakan semacam kebekuan iman dan memutuskan untuk menempuh perjalanan kereta Trans-Siberian dalam pencarian kembali imannya.

Selama perjalanan, selain ditemani oleh dengan editor, penerjemah, penerbit, ia juga diikuti oleh salah seorang penggemarnya bernama Hilal, seorang violist berbakat asal Turki. Konon di kehidupan sebelumnya Paulo dan Hilal adalah dua orang yang saling mencintai namun tidak dapat bersatu.

Hal yang menarik dari buku ini adalah cara Paulo mengemas kisah hidup yang mungkin sebenarnya biasa menjadi luar biasa menarik ketika di uraikan dalam juntaian kata-kata di dalam sebuah buku. Selain itu, menarik pula bahwa Paulo bisa menghubungkan imaginasi dan pengetahuannya tentang hidup sebagai bagian dari kisah perjalanan kurang lebih satu minggu melintasi Trans-Siberia bersama Hilal dan rombongan.

Seperti biasa, buku Paulo ini kembali membawa pembaca untuk merenung mencari makna dan tujuan hidup, mengejar mimpi-mimpinya dan tidak hanya sekedar mengikuti arus.

Beberapa buku Paulo yang telah saya baca sangat mempengaruhi cara pandang saya tentang hidup dan pastinya mengingatkan saya kembali bahwa Tuhan bekerja dalam hidup saya dan saya tidak boleh mengabikan-Nya. Oleh karenanya, saya tidak ragu merekomendasikan buku-buku karangan Paulo untuk dibaca.






Sunday, August 26, 2012


Olivia

Saturday 25 August 2012

Montana: the Blue Sky State

"This writing has been published in Cosmogirl Magazine March 2011 edition. I just republish this article here in my blog"


 Montana: the Blue Sky State (the photos will come later)

Saya merasa salah satu orang yang paling beruntung karena berkesempatan menjelajahi salah satu tempat terindah di Amerika Serikat, yakni Montana (salah satu negara bagian terluas AS dengan tingkat kepadatan penduduk terkecil). Kesempatan berada ditempat ini saya perolah sebab terpilih dalam program full cover Summer Study selama 5 minggu di University of Montana. Berada di Montana yang dijuluki sebagai ‘Blue Sky Country’ karena pemandangan hamparan langitnya yang luar biasa sungguh merupakan pengalaman yang tidak terlupakan.

Pertama tiba di Universitas of Montana yang berada di kota Missoula, saya merasa seperti berada di dalam kastil tua. Kampusnya yang telah dibangun sejak 1893 sangat megah dan klasik. Suasana sekitar kampus sangat menyenangkan karena dikelilingi oleh panorama alam yang indah. Di puncak bukit yang berada dibalik bangunan universitas, terpampang huruf M besar yang merupakan simbol universitas tersebut.

Di sekitar downtown Missoula, masyarakat senang berkumpul di suatu venue yang bernama Caras Park. Di tempat yang bersebelahan dengan sungai tersebut, biasanya digelar semacam konser musik country kecil-kecilan, dengan dikelilingi gerai food court berbagai macam jenis makanan.

Di salah satu akhir minggu, saya berkesempatan bergabung dengan masyarakat lokal menjalankan hobi mereka menyaksikan pertandingan baseball dari The Missoula Osprey yakni tim liga baseball utama negara bagian tersebut.

Pada masa summer, masyarakat Montana senang dengan aktifitas outdoor terutama olaharga air seperti kayaking, canoeing, tubing, rafting, dll. Saya juga tidak ketinggalan menyicipi olahraga tersebut di sungai Clark Fork River yang dingin karena aliran airnya berasal dari salju abadi yang mencair.

Selain berburu, camping adalah hobi yang paling disukai masyarakat Montana. Saya juga diajak oleh host family saya untuk camping di tepi sungai Clark Fork River. Kebiasaan unik orang AS pada saat camping adalah membakar marshmallow di dalam coklat batang Hershey yang dilapisi oleh biskuit. Dan rasanya memang super duper YUMMY!

Di Montana terdapat tujuh Indian Reservationnya. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang banyak di banding negara bagian lainnya. Dalam salah satu field trip, saya sempat menyaksikan Pow-wow Indian festival oleh suku Salish-Kootenai. Tidak sembarangan orang diperbolehkan untuk menonton festival ini. Oleh karenanya saya merasa sangat beruntung dapat melihatnya secara langsung.

Sebagai bagian dari program, saya dan rombongan sempat melakukan perjalanan ke Glacier National Park yang berbatasan dengan Waterton Lakes National Park di Canada. National Park ini juga merupakan salah satu situs World Heritage UNESCO. Perjalanan yang sangat panjang menuju objek tersebut, terbayar dengan panorama alam yang sangat memukau dan tidak dapat saya lukiskan dengan kata-kata.

Saya dan rombongan sempat juga singah di salah satu peternakan di sekitar wilayah Rocky Mountain Front. Panorama alam disekitar peternak tersebut terasa seperti berada di dalam film koboi zaman dulu!

Sebelum meninggalkan Montana, kami semua diajak mengunjungi Helana, yakni ibukota negara bagian Montana, untuk berbincang-bincang dengan anggota parlemen setempat tentang sistem politik di Montana. Setelah acara selesai, saya pergi ke puncak bukit sendirian untuk menyaksikan pemandangan speaktakuler kota Helena di petang hari.


Here is the copy of the article.







Anyway, the good news is... I'll be part of the volunteer team for The Ubud Writer and Reader Festival Oct 2012! This is gonna be exciting... (although it's not gonna happen, but I still wish that Paolo Coelho could come).  


Lots of Love,


O. 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts