Friday 17 August 2007

Dad is The Best

Note:Ini adalah kisah (tragedi) yang terjadi sewaktu penulis duduk di kelas tiga SMU
Cerita ini diawali dari kehebohan untuk masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri.red) favorit. Aku juga tidak lepas dari euforia itu. Sebagai anak kelas tiga SMU memang hal yang paling seru di bicarakan adalah nasib atau masa depan setelah tamat sekolah. Kebanyakan teman-teman memilih ingin masuk PTN lewat jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.red) dan UM (Ujian masuk.red). PTN yang paling duluan membuka jalur UN adalah UGM (Universitas Gadjah Mada.red). UGM bahkan melaksanakanUM nya sebelum UAN (Ujian Akhir Nasional.red) yakni sekitar bulan empat. Ada berbagai tempat strategis yang dijadikan tempat untuk ujian. Salah satu yang paling dekat dengan Medan adalah kota Pekan Baru. Kebanyakan teman-temanku yang ingin mengikuti ujian ini memilih untuk ujian di Pekan Baru. Karena banyak pertimbangan, akhirnya aku meemilih untuk ujian di Yogyakarta. Ehm.. maksudnya sekalian jalan ke Jawa juga sih.
Semua di persiapkan secara matang. Persiapan fisik, OK. Persiapan mental, OK. Persiapan yang lain-lain, OK semua. Hari-H ujian semakin dekat saja. Tapi semangatku tidak terkalahkan. Akhirnya tibalah dua haru sebelum hari keberangkatan ke Yogya. Ada suatu keadaan dimana aku juga tidak ingat kronologisnya sebabnya apa yang mengharuskan Dad datang ke sekolah waktu itu. Setahuku untuk mengantarkan tiket pesawat.
Sebelumnya aku ingin menceritakan sekilas history of my Dad. Dad itu orang yang tidak pernah datang dan berurusan dengan sekolahku. Iya mungkin pernah waktu ngurus pendaftaranku ke sekolah itu. Dad mungkin kerap datang ke sekolah adekku untuk mengambil rapot. Tapi tidak sekolahku, karena anank SMU memang berbeda dengan anak SD.
Inti ceritanya, setelah aku mengirim pesan ke Dad, akhirnya ia datang ke sekolahku. Waktu itu karena tidak tahu ruang kelasku, beliau bertanya ke Pak Satpam
Dad : “Pak, ruang kelas 3-5 yang mana ya?”
Kemudian Pak Satpamnya jawab: “Itu pak yang lantai tiga, sebelahatas, paling sudut..bla..bla..bla...”
Dad : “Ok, Ok, Makasih ya Pak.”
Terus Dad langsung menejang melewati lapangan, melewati tangga, naik dan tiba didepan kelasku. Dad mengintip sejenak kemudian ia mengetuk dan langsung membuka pintu. Waktu itu aku sedang ada les mata pelaran Biologi.
Dad: “Permisi Pak, Mau cari anak saya Olivia.”
Guru Biologi: “Olivia…”
Aku ngobrol sebentar dengan Dad. Setelah Dad keluar dari ruangan itu, tiba-tiba Guru Biologi ku ini menyusul Dad dan mereka berbicara. Aku tidak tahu isi pembicaraannya itu.
Keesokan harinya ketika aku datang ke sekolah, aku melihat suatu tulisan besar diatas sebuah papan tripleks terpampang di meja piket guru. Isinya kalau tidak salah begini “Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk” atau “Tamu Harap Lapor Piket”. Aku ya santai-santai saja. Waktu itu aku yang agak plin-plan tidak sadar bahwa tulisan itu -walaupun tidak ditujukan secara langsung padaku- di karenakan olehku dan Dad.
Ternyata masalah Dad yang langsung menerobos masuk itu menjadi isu yang diangkat besar oleh Sang Guru Biologi. Ternyata ia merasa tersinggung bila orangtua langsung masuk ke kelas pada saat proses belajar mengajar di kelas sedang berlangsung. Memang prosedurnya bila orangtua ingin bertemu dengan murid, beliau harus menunggu dahulu di ruang piket. Setelah itu muridnya dipanggil dan bertemu orangtuanya di ruangan tersebut. Masalahnya Dad kan tidak tahu menahu soal prosedur itu. Selama ini bila mau menjenguk adekku kesekolah, ia biasanya langsung menuju kelas saja. Gak harus nunggu di piket segala. Kemudian seisi kelasku heboh mengenai kejadian ini.
Bagiku ini mungkin memang bukan pengalaman mengenakkan. Tapi aku tidak akan menyalahkan Dad dalam hal ini. Beliau sudah berusaha berperilaku sopan pada orang-orang di sekolah. Hanya saja ada miss comunication disini. Memang benar bahwa prosedur SD dan SMU itu berbeda. Akan tetapi Dad tidak tahu menahu soal hal tersebut. Dad selalu berusaha berbuat apa yang terbaik untukku. Aku pun akan membela Dad walau seperti apapun yang dikatakan orang padanya. Aku tahu bagi Dad juga aku yang terbaik dan telah kubuktiakan sebagian. Akhirnya aku lulus juga UM-UGM nya. Thanks Dad. Thanks Lord.
Wednesday, August 08, 2007 5:42 P.M.
Medan @ Watching Room

1 comment:

I'd like to read a comment from you!

Note: only a member of this blog may post a comment.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts