Friday 4 April 2008

Rokok dan Kulit Binatang


Aku benci orang yang merokok. Tapi Bukan benci yang eksterm sehingga bila ada orang yang merokok maka aku akan menghinanya mati-matian. Aku hanya tidak suka saja. Ayahku juga perokok dan aku tidak suka bila ia merokok dan asapnya akan mengepul di wajahku. Bagiku orang yang merokok adalah orang yang egois dan tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Egois karena tidak peduli akan dampak yang diakibatkan oleh rokok yang dihisapnya tersebut bagi orang lain. Merokok dapat merusak lingkungan karena menimbulkan polusi udara. Merokok selain dapat mengancam kesehatan si perokok itu sendiri, juga dapat mengancam orang-orang disekitarnya yang menjadi subjek kepulan asap-asap mematikan tersebut (perokok pasif). Aku tidak hentinya berfikir, bagaimana bisa seseorang tetap mau mempertahankan kebiasaan merokok yang notabene tidak ada faedahnya itu. Cuma candu! Apakah yang kau dapat dari kepulan-kepulan asap itu hai perokok? Kenikmatan sesaat kan? Kenikmatan yang menyesatkan karena begitu kenikmatan hilang kau akan mencarinya lagi untuk memuaskan hasrat keduniawian.
Aku kasian melihat wajah negeri ini, terutama yang didominasi oleh perokok-perkokok seliweran dijalanan. Rokok memang tidak memandang strata. Kulihat dijalanan, mulai dari bapak pengusaha berdasi hingga pedagang keliling yang mungkin jualannnya hanya bisa menutupi biaya kebutuhan hidup, memakai itu. Iya, si rokok itu. Waktu tiba-tiba ada seorang bapak tua yang menawarkan dagangannya berupa tali pinggang dan dompet kulit palsu padaku, awalnya aku iba pada bapak tersebut. Namun, begitu ia berbalik sehingga aku bisa melihat sebatang rokok yang dikepitnya diantara dua jemari tanggannya yang satu lagi, aku jadi kesal karenanya. Udah tahu hidup susah masih aja disusah-susahkan, pikirku dalam hati.
Anyway, mengenai pernak-pernik kulit, aku juga gak sukak orang yang memakai perhiasan dari kulit binatang. Segala binatang yang ada di dunia pada dasarnya diciptakan Tuhan agar dapat dilesatarikan dan digunakan untuk sebaik-baiknya kemakmuran manusia. Aku pikir memakai pernak-pernik kulit hewan adalah symbol kesombongan manusia akan kuasanya untuk menaklukkan dunia. Dan aku tidak suka itu meskipun hanya bentuk kecilnya saja. Kemaren waktu aku sedang berbicara dengan temanku, tanpa sengaja aku melihat temanku tersebut memakai gelang penyu ditangannya. Aku pun spontan menyatakan, “Aku gak suka gelangmu.” Meskipun sebagian besar sepatu yang kita pakai memakai bahan dasar kulit binatang ternak, namun binatang itu kan dagingnya dipakai manusia juga demi kelangsungan hidupnya. Maksudku sebenarnya aku tidak suka ketika binatang-binatang itu dibunuh hanya supaya mendapatkan kulitnya untuk pajangan. Menurutku di dunia ini masih banyak yang lebih penting daripada hanya untuk memamer-mamerkan harta duniawi. Di belahan dunia lain, masih banyak masyarakat yang menderita karena sakit penyakit, tidak ada sandang pangan dan penghidupan yang layak, ketimpangan karena issue SARA dan lain-lain. Mengapa tidak kita satukan saja tangan untuk saling membantu? Kalau semua orang didunai ini membuka mata lalu mau merendahkan diri dan secara bersama-sama berusaha membangun perdamaian didunia ini, aku yakin perang tidak akan ada. Sayangnya, watak manusia tidak ada yang sama. Manusia bersifat Homo Homuni Lupus.
Friday, January 11, 2008 6:12 P.M.

No comments:

Post a Comment

I'd like to read a comment from you!

Note: only a member of this blog may post a comment.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts