Tuesday 29 September 2009

The Clash Between My Love and Culture


(LOVE in Melbourne)

-->  -->
Pagi ini aku bangun pagi seperti biasa. Begitu membuka mata memori tentang tadi malam tiba-tiba saja berputar di kepalaku.
Ronnie: “When will you return to your country?”
Uliph: “December…um.. or January maybe.”
Ronnie: “And all will be over in December.”
Uliph: “What do you mean?”
Ronnie: “A’ said to me ‘Wait until December you will tell me’.”
Uliph: “Tell about what?”
Ronnie: “About you.”
………………
Ronnie: “Are you going back here?”
Uliph: “Hm… probably.”
Ronnie: “You should ask your parents that you wanna go here.”
Uliph: “Why should? That’s my choice.”
Ronnie: “You should ask your parents to sponsor your self to study here.”
Uliph: “Yes they wil. But I don’t want to burden them. I’ll get my scholarship.”
…………….
Terus barusan aku telepon Mom di Berastagi dan perlahan tapi pasti aku mulai memberi clue dan dengan gampangnya clue tentang pacarku itu ditangkapnya. Terus jawabnya “Tapi kam gak serius kam nak ku?”. Aku jawab “Gak kok.”
Dalam pembicaraanku, tiba-tiba aku teringat bahwa dia juga pernah cerita tentang aku sama Momnya dan aku ingat dia bilang Momnya juga menyanyakan hal yang sama “Are you serious?”. Terus dia bilang samaku kalau dia jawab “I don’t know.”
Aku gak ngerti kenapa orang tua menyakan pertanyaan seperti itu. Apakah untuk usia sekarang ini pacaran dianggap sebagai suatu keseriusan.
Mom: “Gak apa Nakku kalau teman-teman gitu aja. Asal jangan serius, jangan bawa ke hati. Tapi kam jaga diri ya disana.”
Uliph: “Tenang Mak, aku tau kok jaga diri.”
……………
Uliph: “Mak, entar kalau Mamak ke sini dia bilang mau ketemu sama Mamak. Kam mau ketemuin dia? Kalau aku terserah Mamak, aku tau Mamak pengen yang terbaik samaku. Kalau kam iya aku senang. Siapa tau kam cocok sama dia.
Mom: Kalau ketemu dulu aja gak apa Nakku. Tapi Mamak pengennya orang Karo.”
..…………
(Berapa menit kemudian pembicaraan di telpon beralih ke adekku di Medan)
Uliph: “Dek, jadi menurutmu gimana pacarku?”
Ela: “Haha.... aku sih biasa aja. Cuma Mamak bilang jangan serius kali berteman.”
Uliph: “Kau suka gak?”
Ela: “Aku gimana ya Liph, aku lebih suka kakak iparku orang Indonesia.”
…………..
(Pembicaraan beralih dengan Elisabeth, room mateku)
Uliph: “Mamakku bilang jangan serius samanya.”
Elisabeth: “Hmgh… itu udah ultimatum itu.”
Uliph: “Ultimatum? Masa sih? Dia Cuma bilang gitu.”
Elisabeth: “Iya lah, ultimatum buat putus.”
……………
Aku pun berkontemplase di kamarku. Rasanya kasian sama dia kalau ternyata dia seserius itu samaku, karena aku gak serius sama dia dan gak bisa serius sama dia. Aku punya adat yang mengikatku dan aku menghargai adatku. Aku juga sayang sama orang tuaku dan aku ingin mereka bahagia. Rasanya mencari belahan jiwa memang begitu rumit. Terutama bila menjadi orang Indonesia yang punya adat yang kental. Menikah denganku artinya menikah juga dengan keluargaku. Tapi aku tidak akan membeci hal yang metanaratif padaku sekarang ini. Apa yang ada padaku adalah yang terbaik. So, please just let it flow. No solution here. I know this is not right but I just wanna spend my next 3 months with joyfulness with you. Then we’ll see weathered destiny unite us or not.

No comments:

Post a Comment

I'd like to read a comment from you!

Note: only a member of this blog may post a comment.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts