Sunday 4 October 2009

Am I Miss Selfish?


           (Miss Selfish)
 
           Hari Minggu di Melbourne, aku stay di rumah sampai nunggu jam tiga baru berangkat ke geraja dan malamnya jalan sama Mas Bayu. Kebetulan dapat dua tiket gratis dari teman untuk Melbourne Fringe Festival, yey!!

          Selama menunggu waktunya, ada baiknya aku menulis sesuatu di blogku. Alrite, akan kumulai dengan perasaanku belakangan ini. Jujur saja aku merasa hidupku gak berguna belakangan ini. Aku mengerjakan sesuatu untuk menikmati hidupku dan aku merasa useless. Sejujurnya aku gak mau hidup untuk diriku sendiri. Memang dulu aku mendambakan kondisi seperti ini, aku pergi ke satu tempat yang mana semua orang berbicara bukan dalam bahasa Indonesia,  dimana aku ketemu dengan orang-orang yang gak pernah ku kenal sebelumnya dan merasakan kondisi yang totally baru. Tapi sekarang aku udah bosan dengan kondisi ini, pengen kerja, cari duit dan ngerjakan sesuatu hal yang berguna seperti yang ku lakukan waktu di Indonesia. Kurasa dengan Ronaq pun aku menjalankan sesuatu yang tanpa tujuan juga. Pada akhirnya aku sadar bahwa amat sangat sulit jika aku harus menikah dengannya. Padahal tujuan dari pacaran kan pernikahan. I finally found my Prince but unfortunately, we won’t able to be together.  Semua yang ada dalamku dan dia benar-benar berbeda, hobby, kebiasaan, latar belakang, suku, kepercayaan, sudut pandang, cara berpikir. Kemaren aku bertanya sama dia,


Uliph: “Honestly, I don’t feel that close to you”
Dia: “What? But I feel so close to you.”
Uliph: “You never tell me about your background, your family, your childhood.”
Dia: “Why should I tell you when I don’t have good background?”
Uliph: “Because it makes people feel close.”
Terus dia mulai bercerita tentang masa lalunya yang memang complicated.
Dia: “I don’t like to go out, I prefer to stay at home. I don’t make many friends because I don’t like battle.”
Uliph: “We are opposite. I love to go out, I love to have many friends.”
…………..

Dia: “Olivia, are you serious with me or you just want to spend your time with me?”
Uliph: “ I am serious with you.”
Dia: “So, if your Mom say No, it’d be over.”
Yes, it’s true. And it’s almost a certain that she’ll say no.
Dia: “If we can marry each other, then no point to meet each other. We should  stop seeing each other.”


          Then I keep on silent. Dari awal aku tau kalau sepertinya agak mustahil bersama dia kalau aku tetap ingin membina hubungan yang baik dengan keluargaku dan adatku. Kini aku tahu kalau aku yang egois. Aku merasa sedih waktu menduga kalau dia cuma ingin menghabiskan waktu denganku, tapi giliran dia serius dan aku balik ditanya aku tidak bisa menjawab. Sepertinya memang aku yang cuma ingin menghabiskan waktu dengannya, cuma ingin menikmati kebersamaan dengannya. Betapa egois.  Mereka menyarankan aku mengakhiri hubungan dengan dia secepatnya karena kalau aku tetap bersamanya akan sangat sakit ketika akhirnya harus berpisah.  Should I?


          Anyway, pada awalnya aku berpikir kalau semua orang senang dengan traveling. Semua orang bakal senang berpergian ke tempat yang gak pernah di kunjungi sebelumnya dan mencoba hal-hal yang baru. Kini aku sadar tidak semua orang seperti itu. Karena setiap orang punya latar belakang yang mengkonstruksikan pikiran mereka. Tapi, aku senang dengan kenyataan bahwa aku senang travel dan making friends. It makes my mind open.

No comments:

Post a Comment

I'd like to read a comment from you!

Note: only a member of this blog may post a comment.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts