Saturday 17 April 2010

Memori Tentang Australia

-->
Setelah lebih dari tiga bulan berlalu, aku mulai takut kalau kalau memori yang Indah tentang Melbourne pudar begitu saja tertimpa oleh memori-memori lainnya. Aku senang tinggal di kota itu tapi tidak merasa ingin tinggal kembali di kota tersebut untuk waktu yang lama. Sebagai warga negara yang baik, aku ingin membangun bangsaku tapi tidak juga ingin tinggal di Jakarta yang padat dan sumpek. Kadang-kadang memori tentang Melbourne melintas begitu saja di kepalaku, lalu merasa ingin mengulang kenangan yang lama. Power Street tempat aku dulu tinggal, unit kecil dengan para tetangga yang aneh terutama Grandma yang kesepian yang tinggal tepat didepan unitku. Grace Park tempat aku dan pacar biasa duduk dan mengobrol sehabis dia pulang gym, dimana aku akan tertawa mendengar gurauan konyolnya dan merasa aroma keringatnya yang khas. Grenferrie station tempat aku selalu menunggu train menuju city. Atrium tempat para mahasiswa ngumpul dan nongkrong sambil meminum kopi HQ. Teman-temanku di geraja Indonesia itu. Teman-temanku di beberapa persekutuan mahasiswa Kristen.

Aku ingat pertama kali aku kembali lagi ke Indonesia dan harus beradaptasi lagi dengan keadaan Indonesia, semuanya terasa canggung.
1.      Aku tidak perlu menggunakan Bahasa Inggris lagi kalau berbicara dengan teman-teman asing dan para petugas baik di kantor, di kantin, di toko. No bilanguage anymore.  
2.      Aku tidak akan merasa super kenyang lagi dan tidak lagi merasa perlu membawa sisa makanan ke rumah karena porsi makanan di restaurant di Melbourne dan diseluruh Australia sangat banyak.
3.      Aku tidak lagi harus pergi ke toko toko apapun juga secara terburu-buru karena toko pada umumnya tutup pada pukul 04.30-05.00 disana, kecuali supermarket yang biasanya tutup pada pukul 10.00 (hanya seven eleventh 24 jam)
4.      Aku tidak bisa lagi memilih jenis makanan apa yang hari ini aku akan santap. Karena Melbourne itu kota multicultural, semua jenis makanan dari seluruh dunia ada di sini dengan harga yang relative sama.
5.      Aku tidak lagi harus kesusahan dengan toilet duduk ala western yang tanpa basuhan dan hanya menggunakan tissue. Euy….
6.      Aku tidak bisa lagi menggunakan alat transpotasi yang tepat waktu agar aku bisa mengestimasi semua kegiatanku seperti train, tram, bus.
7.      Aku tidak bisa lagi menggunakan baju super tebal di musim dingin, dan baju super minim di musim panas. No season anymore! X(
8.      Aku tidak akan sering lagi mendengarkan kata Thank you and Sorry karena orang sana senang sekali menghargai mengucapkan kata kata tersebut bahkan untuk hal hal yang paling kecil sekalipun.
9.      Baiknya ya cuma satu, sekarang aku bisa guling-guling bersama bantal guling bulu angsaku lagi karena you know what? Orang Australia gak ada yang kenal sama bantal guling. Kata seorang temanku di Australia, bantal guling itu sebenarnya budaya orang Belanda lho! Really?
Aku menuliskan semua ini karena kesan Melbourne masih kental dalam memoriku. Sebelum perlahan lahan semuanya menghilang, aku ingin menuliskannya. Aku akan berusaha menuliskan penggalan-penggalan memori tentang Melbourne lagi dilain waktu (kalau aku dapat inspirasi). I wanna go there again someday for traveling for the fact that I miss that place already.

No comments:

Post a Comment

I'd like to read a comment from you!

Note: only a member of this blog may post a comment.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts