Tuesday 26 November 2013

Resensi Buku The Hunger Games


Minggu lalu, seusai menonton seri ke dua dari sequel The Hunger Games “ Catching Fire” di bioskop, saya langsung tertarik untuk membaca buku pertamanya. Dan dalam waktu singat, saya berhasil membaca isi buku yang memang sangat menarik tersebut. Harus saya akui bahwa The Hunger Games adalah salah satu buku petualang anak terbaik yang pernah saya baca. Usai membaca buku tersebut, saya terus terbayang dengan tokoh-tokoh dikisahkan, Katniss, Peete, Primrose, Haymitch, Cinna, Rue, Gale, dll. Alur penelusuran cerita oleh si pengarang Suzanne Collins deskriptif namun tidak membosankan, penuh dengan khayalan yang membuai. Karakter yang dikembangkan juga sangat jelas dan mengalir.

Seperti filmnya, buku Hunger Games bercerita tentang Katniss Everdeen, seorang gadis remaja usia 16 tahun yang bertarung dalam pertandingan tahunan di Palem, sebuah negara khayalan di Amerika Utara. Pertandingan (atau lebih cocoknya hukuman) bernama “Hunger Games”ini diadakan untuk memperingati pemberontakan yang dilakukan oleh 13 di distrik kepada Ibu Kota negara yang dinamakan Capitol. Pertandingan ini melibatkan masing-masing satu anak laki-laki dan perempuan usia 12-18 tahun dari tiap distrik. Pertandingan yang telah berlangsung selama 74 tahun itu disiarkan langsung melalui TV ke seluruh seantaro negeri dengan tujuan menghindari adanya pemberontakan lagi. Di akhir pertandingan akan keluar satu pemenang yang akan dilimpahi hadiah pribadi serta kebutuhan pokok untuk distriknya. Pemenang juga bertanggung jawab menjadi mentor bagi anak laki-laki dan perempuan yang mengikuti pertarungan “The Hunger Games” di tahun-tahun berikutnya.

Jennifer Lawrence berperan sebagai Katniss Everdeen dalam film.
Sebagian isi buku menceritakan karakter Katniss yang pemarah dan keras kepala dalam menghadapi para pejuang Hunger Games dari distrik lain.Katniss sendiri sebenarnya tidak terpilih untuk pertandingan tersebut, namun menawarkan diri ikut untuk menggantikan adiknya yang masih berusia 12 tahun bernama Prim. Ia disandingkan dengan anak toko roti dari distrinya bernama Peete. Peete yang diam-diam telah jatuh cinta padanya sejak usia 5 tahun, berusaha melalui banyak cara untuk menyelamatkan gadis tersebut. Katniss sendiri berpura-pura jatuh cinta pada Peete hanya untuk menarik simpati penonton yang diharapkan dapat memberi sponsor berupa barang-barang yang dubutuhkan selama pertandingan. Katniss yang hidupnya melarat memiliki kemampuan memanah yang baik yang dipelajarinya secara otodidak dari kegiatan berburu di hutan. Hal itu yang menjadikan dia sosok yang tangguh dalam pertandingan. Di bagian akhir cerita dikisahkan bagaimana para pejuang yang awalnya bersekutu harus memiih untuk membunuh satu dengan yang lain karena peraturan menyebutukan hanya ada berlaku satu pemenang.


Pesan yang saya dapatkan dari membaca novel ini adalah tentang pengorbanan, cinta, harapan dan perjuangan. Bacaan yang sangat disarankan!



Love,


Olivia


No comments:

Post a Comment

I'd like to read a comment from you!

Note: only a member of this blog may post a comment.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts